Sabtu, 03 Desember 2016

Perkembangan kemandirian anak SD



TUGAS KELOMPOK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Tentang Menjelaskan Perkembangan kemandirian anak SD




Disusun Oleh :

KELOMPOK VI/KLS D5
1)      SUHARTI SARTIKA
2)      YANTI KALLOLANGI’
3)      LIDIA EMBONG BULAN
4)      ADOLPINA LEMBANG
5)      AGUSTINA SUBA’
6)      PERDI SOBEN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA
( UKI TORAJA )
2016





KATA PENGANTAR

           Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa(TYME) yang telah memberikan rahmat serta karunia- Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini , tepat pada waktunya yang berjudul”Menjelaskan Perkembangan  Kemandirian Anak SD”
Makalah ini berisikan tentang informasi dinamika perkembangan kemandirian pada anak SD,Kemandirian emosional ,Kemandirian behavioral,dan Kemandirian nilai .Kami sebagai penyusun makalah ini agar dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang “Menjelaskan Perkembangan  Kemandirian Anak SD”.
 Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.



Makale ,Oktober  2016           



           Penyusun










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I         PENDAHULUAN....................................................................................... iii
                   A.Latar Belakang ........................................................................................ 1
                    B. Rumusan Masalah  ................................................................................ 1
                    C. Tujuan Penulis ....................................................................................... 2
D. Manfaat Masalah  .................................................................................. 2

BAB II      PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
                    A. Dinamika perkembangan kemandirian pada anak SD............................ 3
                    B.Kemandirian emosional ....................................................................       4
                    C.Kemandirian behavioral.....................................................................      7
                    D.Kemandirian nilai..............................................................................      7

BAB     III   PENUTUP ................................................................................................ 10
                    A. Kesimpulan ......................................................................................... 10
                    B. Saran-Saran ......................................................................................... 10


DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
     Perkembangan social merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan social yang erat kaitannya dengan pencapaian kemandirian.Kemandirian (autonomy)merupakan salah satu isu besar dalam perkembangna anak usia SD.Bahkan menurut Erikson(Abin Syamsuddin,2001)anak usia SD dihadapkan pada krisis psikososial antara autonomy vs ashamed and doubt.Artinya ,secara psiko social anak usia SD dihadapkan pada dua kemungkinan perkembangan,yakni kemungkinan anak akan berkembang dengan penuh kemandirian atau diselimuti perasaan malu dan keraguan .Jika anak mendapat fasilitator untuk mengembangkan kemandiriannya maka ia cenderung menjadi anak yang otonom ,yakni anak yang mampu mengelola dirinya sendiri.Tetapi jika ia justru memperoleh perlakuan yang sebaliknya dari lingkungan maka ia cenderung menjadi individu yang pemalu dan dihantui rasa keragu-raguan .Jika kondisi tidak positif ia terus berlangsung maka pada gilirannya akan menjadi tidak mandiri .Ia tidak bisa mengurus diri sendiri.Keputusan dan aktivitas untuk sekedar mandi,berpakaian dan makan bergantung pada orang lain,terutama orang tua atau yang dituakan .Bahkan bermain dan belajar sekalipun harus bagaimana orang lain.Jika ini terus berlanjut sampai ia menginjak remaja maka dikhawatirkan ia mengalami masalah besar dalam hidupnya.Padahal pada masa remaja ia mesti menemukan identitas diri yang tentu disadari oleh adanya kemandirian yang kokoh.
               Paparan di atas menunjukkan bahwa betapa penting pengembangan penyesuaian social dan kemandirian bagi anak usia SD .Artinya ,guru perlu memfasilitasi mereka mengembangkan penyesuaian social dan kemandirian dengan tepat.Untuk itu guru perlu memiliki pemahaman yang tepat tentang perkembangan social dan kemandirian terutama pada anak SD.


B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah sebagai berikut :
*      Jelaskan dinamika perkembangan kemandirian pada anak SD?
*      Jelaskan pengertian kemandirian emosional anak SD ?
*      Jelaskan pengertian kemandirian behavioral anak SD.?
*      Jelaskan pengertian kemandirian nilai anak SD?

C.    Tujuan Penulis
Tujuan penulis sebagai berikut :
*      Menjelaskan dinamika perkembangan kemandirian pada anak SD.
*      Menjelaskan pengertian kemandirian emosional anak SD.
*      Menjelaskan pengertian kemandirian behavioral anak SD.
*      Menjelaskan pengertian kemandirian nilai anak SD.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Dinamika Perkembangan Kemandirian Pada Anak Sd
   Bagi anak usia SD,kemandirian merupakan factor psikologis yang fundamental ,sebab sebagai jembatan untuk lepas dari ikatan emosional orang lain,terutama orang tua.Bagi mereka ,kemandirian yang kuat akan menjadi dasar bagi kemandirian pada masa remaja ,dewasa dan seterusnya.Bahkan pentingnya kemandirian diperoleh anak terkait dengan pencapaian identitas diri kelak pada masa remaja. Oleh karena itu anak usia SD mulai dengan begitu gigih dalam memperjuangkan kemandirian .
   Sesungguhnya tidak mudah bagi anak dalam memperjuangkan kemandiriannya. Kesulitannya terletak pada upaya pemutusan ikatan infantile yang telah berkembang dan dinikmati dengan penuh rasa nyaman selama masa kanak-kanak .Bahkan pemutusan ikatan infantile  itu seringkali menimbulkan reaksi yang sulit dipahami (misunderstood) bagi kedua belah pihak –anak dan orang tus(Rice,1996). Terkadang anak seringkali kesulitan dalam memutuskan simpul-simpul ikatan emosional kekanak-kanakannya secara logis dan objektif.Dalam upayanya itu mereka kadang-kadang harus menentang keinginan dan aturan orang tua.Orang tua terkadang mempersepsi upaya pemutusan simpul-simpul ikatan infantile yang dilakukan remaja sebagai pemberontak atau peminggatan .Sekaitan dengan kesulitan anak-orang tua dalam memutuskan ikatan infantile dalam kerangka pencapaian kemandirian Steinberg(1995:286) menyatakan autonomy is often confused with rebellion, and becoming an independent person is often equated with breaking away from the family.
   Dalam analisis Steinberg(1995:290) jika anak,mampu memutuskan simpul-simpul ikatan infantile maka ia akan melakukan separasi,yakni pemisahan diri dari keluarga.Keberhasilan dalam melakukan separasi inilah yang merupakan dasar bagi pencapaian kemandirian terutama kemandirian yang bersifat independence.Dengan kata lain kemandirian yang pertama muncul pada individu adalah kemandirian yang bersifat independence,yakni lepasnya ikatan-ikatan emosional infantile individu sehingga ia dapat menentukan sesuatu tanpa harus selalu ada dukungan emosional dari orang tua.Oleh karena itu pada masa anak sekolah terutama menjelang pubertas ada suatu pergerakan kemandirian yang dinamis dari ketidakmandirian individu pada masa kanak-kanak menuju kemandirian yang bersifat autonomy pada masa remaja dan dewasa.

B.     Kemandirian Emosional (Emotional Autonomy)
   Kemandirian emosional dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengelola emosinya, seperti pemudaran ikatan emosional anak dengan orang tua.Pemudaran ikatan emosional anak dengan orang tua pada masa anak terjadi dengan sangat cepat.Percepatan pemudaran hubungan itu seiring dengan semakin mandirinya remaja dalam mengurus diri sendiri.Dalam analisi Berk (1994)konsekuensi dari semakin mampunya anak mengurus dirinya sendiri maka waktu yang diluangkan orang tua terhadap anak semakin berkurang dengan sangat tajam .Proses ini sedikit memberikan peluang  bagi anak untuk mengembangakan kemandiriannya terutama kemandirian emosional.
   Proses psiokologi lainnya yang mendorong anak mengembangkan  kemandirian emosional adalah perubahan pengungkapan kasih sayang,meningkatnya pendistribusian kewenangan dan tanggungjawab,dan menurunnya interaksi verbal dan kesempatan perjumpaan bersama antara anak dan orang tua,di satu pihak dan semakin larutnya anak dalam pola-pola hubungan teman sebaya untuk menyelami hubungan dunia kehidupan yang baru di luar keluarga di pihak lain.Kedua pihak ini lambat laun akan mengendorkan simpul-simpul ikatan emosional infantile anak dengan orang tua (Stenberg:1995:290).
   Setelah masa anak berakhir maka datang masa remaja dengan identitas kemandirian yang agak berbeda.Pada masa remaja pemudaran ikatan infantile semakin kuat.Menjelang akhir masa remaja ketergantungan emosional remaja terhadap orang tua menjadi semakin jauh berkurang menyusul semakin memuncaknya kemandirian emosional mereka,meskipun ikatan emosional remaja terhadap orang tua sesungguhnya tidak mungkin dapat diputuskan secara sempurna(Rice,1996).Perlu dipahami pula bahwa munculnya kemandirian emosional pada anak juga remaja bukan berarti pemberontakan mereka terhadap keluarga,terutama orang tua atau pelepasan hubungan orang tua anak.Oleh karena itu Steinberg(1995:190)dengan merujuk kepada penelitian Collins(1990),Hill and Holmbeck(1986),dan Steinberg(1990)menegaskan adolescents can become emotionally autonomous from their parent without becoming detached from them.
   Beberapa hasil studi terkini menunjukkan bahwa perkembangan kemandirian emosional terjadi pada rentang waktu yang cukup lama. Perkembangannya dimulai pada masa anak lalu diperkuat pada awal masa remaja (early in adolescence)dan dilanjutkan .
   Secara lebih sempurna pada masa dewasa awal(young afulthood) (Steinberg,1995:291.Menurut Silverberg dan Steinberg (Steinberg,1995: 291 ) . Ada empat aspek kemandirian emosional ,yakni :
1)      Sejauh mana individu mampu melakukan de-idealized terhadap orang tua
2)      Sejauh mana individu mampu memandang irang tua sebagai orang dewasa umumnya(parents as people)
3)      Sejauh mana individu tergantung kepada kemampuannya sendiri tanpa mengharapkan bantuan emosional orang lin( non depen-dency)
4)      Sejauh mana individu mampu melakukan individualisasi di dalam hubungannya dengan orang tua.
         Aspek pertama dari kemandirian emosional adalah de-idealized,yakni kemampuan individu untuk tidak mengidealkan orang tuanya.Perilaku yang dapat dilihat ialah individu memandang orang tua tidak selamanya tahu,benar,dan memiliki kekuasaan,sehingga pada saat menentukan sesuatu maka mereka tidak lagi bergantung kepada dukungan emosional orang tuanya.Menurut penelitian yang dilakukan Smollar dan Younis tahun 1985(Steinberg,1995:292)tidak mudah bagi individu untuk melakukan de-idealized.Bayangan masa kecil anak tentang kehebatan orang tua tidak mudah untuk dilecehkan atau dikritik .Kesulitan untuk melakukan de-idealized individu terbukti dari hasil riset yang dilakukan Steinberg(1995:193)yang menemukan bahwa masih banyak remaja awal yang sudah mandiri secara emosional.Mereka masih menganggap orang tua selamanya tahu,benar,dan berkuasa atas dirinya.Mereka terkadang sulit sekedar untuk menerima pandangan bahwa orang tua terjadang melakukan kesalahan.
         Aspek kedua kemandirian emosional adalah pandangan tentang parents as people,yakni kemampuan individu dalam memandang orang tua sebagaimana orang lain pada umumnya.Perilaku yang dapat dilihat ialah individu melihat orang tua sebagai individu selain sebagai orang tuanya dan berinteraksi dengan orang tua tidak hanya dalam hubungan orang tua- anak tetapi juga hubungan antar individu.Menurut Steiberg(1995:291)individu pada tingkat SMA tampak mengalami kesulitan dalam memandang orang tua sebagaimana orang lain pada umumnya.Apalagi anak usia SD tentu lebih sulit lagi.Dalam analisisnya aspek kemandirian emosional ini sulit berkembang dengan baik pada masa-masa anak,mungkin bisa sampai remaja atau dewasa muda.
         Aspek ketiga dari kemandirian emosional adalah nondependency,yakni suatu derajat di mana individu tergantung kepada dirinya sendiri dari pada kepada orang tuanya untuk suatu bantuan.Perilaku yang dapat dilihat ialah mampu menunda keinginan untuk segera menumpahkan perasaan kepada orang lain,mampu menunda keinginan untuk meminta dukungan emosional kepada orang tua atau orang dewasa lain ketika menghadapi masalah.
         Aspek keempat dari kemandirian emosional pada individu adalah mereka memiliki derajat individuasi dalam hubungan dengan orang tua(individuated). Individuasi  berarti berperilaku lebih bertanggungjawab.Perilaku individuasi yang dapat dilihat ialah mampu melihat perbedaan antara pandangan orang tua dengan pandangannya sendiri tentang dirinya,menunjukkan perilaku yang lebih bertanggungjawab .Contoh perilaku individu yang memiliki derajat individuasi di antaranya mereka mengelola uang jajan dengan cara menabung tanpa sepengetahuan orang tua.Collins dan Smatana ( Steinberg , 1995 : 293 ) berkeyakinan bahwa perkembangan individuasi ke tingkat yang lebih tinggi didorong oleh perkembangan kognisi social mereka .Kognisi social yang bermaksud merujuk pada pemikiran tentang diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain.Misalnya,anak berpandangan “Teman saya berpendapat bahwa saya adalah seorang gadis baik,maka saya harus menjadi gadis yang baik”.

C.    Kemandirian Tingkah  Laku (BEHAVIORAL AUTONOMY)
      Kemandirian perilaku (behavioral autonomy) merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Ini terutama berkembang pada masa remaja. Hanya sedikit saja kemandirian behavioral yang berkembang pada masa anak. Anak yang memiliki kemandirian perilaku (behavioral autonomy) bebas dari pengaruh pihak lain dalam menentukan pilihan dan keputusan. Tetapi bukan berarti mereka tidak perlu pendapat orang lain. Bagi remaja yang memiliki kemandirian behavioral memadai, pendapat/nasehat orang lain yang sesuai dijadikan sebagai dasar pengembangan alternative pilihan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Melalui pertimbangan diri sendiri dan sugesti oran lain ia mengambil suatu keputusan yang mandiri bagaimana seharusnya berperilaku/bertindak (Hill dan Holmbeck dalam Steinberg, 1992 : 296).
      Kemandirian perilaku khususnya kemampuan mandiri secara fisik sesungguhnya sudah berkembang sejak usia anak (Hanna Widjaja, 1986) dan meningkat dengan sangat tajam pada usia remaja. Peningkatannya itu bahkan lebih pesat dari pada peningkatan kemandirian emosional. Ini bisa terjadi karena didukung oleh perkembangan kognitif mereka yang semakin berkualitas. Dengan perkembagan kognitif seperti ini remaja semakin mampu memandang ke depan, memperhitungkan risiko-risiko dan kemungkinan hasil-hasil dari alternative pilihan mereka, dan mampu memandang bahwa nasehat seseorang bisa tercemar/ternoda oleh kepentingan-kepentingan dirinya senriri (Steinberg, 1993).
      Menurut Steinberg (1993 : 296) ada tiga domain kemandirian perilaku (behavioral autonomy) yang berkembang pada masa anak dan remaja. Pertama, mereka memiliki kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh (a) menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya, (b) memilih alternative pemecahan masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain dan (c) bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya. Kedua, mereka memilki kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh (a) tidak mudah terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, (b) tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan, dan (c) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan. Ketiga, mereka memiliki rasa percaya diri (selfreliance) yang ditandai oleh (a) merasa mampu memenuhi kebutuhan seharu-hari di rumah dan di sekolah, (b) merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan di sekolah, (c) merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya, dan (d) berani mengemukakan idea tau gagasan.

D.    Kemandirian Nilai
Kemandirian nilai (values autonomy) merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas bagaimana proses berlangsung dan pencapainnya, terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya. Kemandirian nilai yang dimaksud adalah kemampuan individu menolak tekanan untuk mengikuti tuntutan orang lain tentang keyakinan (belief) dalam bidang nilai.
Menurut Rest (Steinberg, 1992 : 307) kemandirian nilai berkembang terutama selama masa remaja khususnya tahun-tahun remaja akhir. Perkembangannya didukung oleh kemandirian emosional dan kemandirian perilaku yang memadai. Menurut Steinberg (1993), dalam perkembangan kemandirian nilai, terdapat tiga perubahan yang teramati. Pertama, keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak (abstract belief ). Perilaku yang dapat dilihat ialah individu mampu menimbang berbagai kemungkinan dalam bidang nilai. Misalnya, individu mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi pada saat mengambil keputusan yang bernilai moral. Kedua, keyakinan akan nilai-nilai semakin mengarah kepada yang bersifat prinsip (principled belief). Perilaku yang dapat dilihat ialah (a) berpikir dan (b) bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan dalam bidang nilai. Ketiga, keyakinan akan nilai-nilai semakin terbentuk dalam diri individu sendiri dan bukan hanya dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang tuanya atau orang dewasa lainnya (independent belief). Perilaku yang dapat dilihat ialah (a) individu mulai mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang diterimanya dari orang lain, (b) berpikir sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri, dan (c) bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri. Misalnya individu menggali kembali nilai-nilai yang selama ini diyakini kebenaranny. Upaya individu ini hakekatnya merupakan proses evaluasi akan nilai-nilai yang diterimanya dari orang lain.
Sebagian besar perkembangan kemandirian nilai dapat ditelusuri pada karakteristik perubahan kognitif. Dengan meningkatnya kemampuan rasional dan makin berkembangnya kemampuan berpikir hipotetis individu, maka timbul minat-minat individu pada bidang-bidang ideology dan filosofi dan cara mereka mlihat persoalan-persoalan semakin mendetail. Oleh karena proses itu maka perkembangan kemandirian nilai membawa perubahan-perubahan pada konsepsi-konsepsi individu tentang moral, politik, ideology, dan persoalan-persoalan agama (Steinberg, 1993 : 303).
Secara sekuensial perkembangan kemandirian nilai mempersyaratkan perkembangan kemandirian emosional (emotional autonomy) dan kemandirian perilaku (behavioral autonomy). Steinberg (1995 : 304) menyatakan the growth of value autonomy is encouraged by the development of emotional and behavioral development as well. Kemandirian emosional membekali individu dengan kemampuan untuk melihat pandangan orang tua mereka secara lebih objektif sedangkan kemandirian perilaku dapat menjadi bekal bagi remaja dalam upayanya mencari kejelasan dan nilai-nilai yang telah ditanamakan kepadanya (Steinberg, 1995). Oleh karena itu perkembangan kemandirian nilai berlangsung belakangan, umumnya pada masa remaja akhir dan remaja muda. Remaja akhir merupakan kesempatan bagi remaja untuk melakukan koreksi-koreksi, penegasan kembali, dan menilai ulang terhadap keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang mereka warisi sejak masih berada dalam ketergantungan masa kanak-kanaknya pada orang tua (Adelson, 1980; Steinberg,1993, Berk, 1994).
  
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
   Bagi anak usia SD, Kemandirian merupakan faktor psikologis yang fundamental, sebab sebagai jembatan untuk lepas dari ikatan emosional orang lain, terutama orang tua. Bagi mereka,kemandirian yang kuat akan menjadi dasar bagi kemandirian pada masa remaja, dewasa dan seteerusnya. Bahkan pentingnya kemandirian di peroleh anak terkait dengan pencapaian identitas diri kelak pada masa remaja. Oleh karena itu anak usia SD mulai dengan begitu gigih dalam memperjuangkan kemandirian.
   Tipe-tipe kemandirian anak sd menurut  Steinberg (1995:289) membagi Kemandirian dalam tiga tipe, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy),dan kemandirian nilai (values autonomy).

B.     Saran
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman untuk meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan kemandirian anak SD. Diharapkan untuk dapat memperbanyak buku-buku yang akan menjadi acuan bagi kita untuk memperbanyak ilmu–ilmu pengetahuan dengan membaca dan memperbanyak pengetahuan .



DAFTAR PUSTAKA

Budiamin,Amin.dkk.2006.Perkembangan Peserta Didik.Bandung:UPI PRESS.
http://www.Perkembangan kemandirian anak SD.com/reference/article/ acquisition-sentence-form. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2016.







1 komentar:

  1. ass wr wb mba. maaf jika saya mengganggu. maaf mb apakah boleh tulisan ini saya pergunakan sebagai referensi saya dalam menyususn proposal penelitian. terimakasih sebelumnya

    BalasHapus