Tentang
Menjelaskan Perkembangan kemandirian anak SD
Disusun Oleh :
KELOMPOK VI/KLS D5
1) SUHARTI
SARTIKA
2) YANTI
KALLOLANGI’
3) LIDIA
EMBONG BULAN
4) ADOLPINA
LEMBANG
5) AGUSTINA
SUBA’
6) PERDI
SOBEN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA
( UKI TORAJA )
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa(TYME) yang telah memberikan
rahmat serta karunia- Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini , tepat pada waktunya yang berjudul”Menjelaskan Perkembangan Kemandirian Anak SD”
Makalah
ini berisikan tentang informasi dinamika perkembangan kemandirian pada anak
SD,Kemandirian emosional ,Kemandirian behavioral,dan Kemandirian nilai .Kami
sebagai penyusun makalah ini agar dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang “Menjelaskan Perkembangan
Kemandirian Anak SD”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Makale
,Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.....................................................................................................
i
DAFTAR
ISI .................................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................................... iii
A.Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulis ....................................................................................... 2
D. Manfaat
Masalah .................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
A. Dinamika perkembangan kemandirian
pada anak SD............................ 3
B.Kemandirian emosional .................................................................... 4
C.Kemandirian behavioral..................................................................... 7
D.Kemandirian nilai.............................................................................. 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 10
A. Kesimpulan ......................................................................................... 10
B. Saran-Saran ......................................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan
social merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan social yang erat
kaitannya dengan pencapaian kemandirian.Kemandirian (autonomy)merupakan salah
satu isu besar dalam perkembangna anak usia SD.Bahkan menurut Erikson(Abin
Syamsuddin,2001)anak usia SD dihadapkan pada krisis psikososial antara autonomy
vs ashamed and doubt.Artinya ,secara psiko social anak usia SD dihadapkan pada
dua kemungkinan perkembangan,yakni kemungkinan anak akan berkembang dengan
penuh kemandirian atau diselimuti perasaan malu dan keraguan .Jika anak
mendapat fasilitator untuk mengembangkan kemandiriannya maka ia cenderung
menjadi anak yang otonom ,yakni anak yang mampu mengelola dirinya sendiri.Tetapi
jika ia justru memperoleh perlakuan yang sebaliknya dari lingkungan maka ia
cenderung menjadi individu yang pemalu dan dihantui rasa keragu-raguan .Jika
kondisi tidak positif ia terus berlangsung maka pada gilirannya akan menjadi
tidak mandiri .Ia tidak bisa mengurus diri sendiri.Keputusan dan aktivitas
untuk sekedar mandi,berpakaian dan makan bergantung pada orang lain,terutama
orang tua atau yang dituakan .Bahkan bermain dan belajar sekalipun harus
bagaimana orang lain.Jika ini terus berlanjut sampai ia menginjak remaja maka
dikhawatirkan ia mengalami masalah besar dalam hidupnya.Padahal pada masa
remaja ia mesti menemukan identitas diri yang tentu disadari oleh adanya
kemandirian yang kokoh.
Paparan di atas menunjukkan bahwa
betapa penting pengembangan penyesuaian social dan kemandirian bagi anak usia
SD .Artinya ,guru perlu memfasilitasi mereka mengembangkan penyesuaian social
dan kemandirian dengan tepat.Untuk itu guru perlu memiliki pemahaman yang tepat
tentang perkembangan social dan kemandirian terutama pada anak SD.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah sebagai
berikut :
C.
Tujuan
Penulis
Tujuan penulis sebagai
berikut :
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Dinamika Perkembangan Kemandirian
Pada Anak Sd
Bagi anak usia SD,kemandirian merupakan factor psikologis yang
fundamental ,sebab sebagai jembatan untuk lepas dari ikatan emosional orang
lain,terutama orang tua.Bagi mereka ,kemandirian yang kuat akan menjadi dasar
bagi kemandirian pada masa remaja ,dewasa dan seterusnya.Bahkan pentingnya
kemandirian diperoleh anak terkait dengan pencapaian identitas diri kelak pada
masa remaja. Oleh karena itu anak usia SD mulai dengan begitu gigih dalam
memperjuangkan kemandirian .
Sesungguhnya tidak mudah bagi anak dalam memperjuangkan
kemandiriannya. Kesulitannya terletak pada upaya pemutusan ikatan infantile yang telah berkembang dan dinikmati
dengan penuh rasa nyaman selama masa kanak-kanak .Bahkan pemutusan ikatan infantile itu seringkali menimbulkan reaksi yang sulit
dipahami (misunderstood) bagi kedua
belah pihak –anak dan orang tus(Rice,1996). Terkadang anak seringkali kesulitan
dalam memutuskan simpul-simpul ikatan emosional kekanak-kanakannya secara logis
dan objektif.Dalam upayanya itu mereka kadang-kadang harus menentang keinginan
dan aturan orang tua.Orang tua terkadang mempersepsi upaya pemutusan
simpul-simpul ikatan infantile yang dilakukan remaja sebagai pemberontak atau
peminggatan .Sekaitan dengan kesulitan anak-orang tua dalam memutuskan ikatan
infantile dalam kerangka pencapaian kemandirian Steinberg(1995:286) menyatakan autonomy is often confused with rebellion,
and becoming an independent person is often equated with breaking away from the
family.
Dalam analisis Steinberg(1995:290) jika anak,mampu memutuskan simpul-simpul
ikatan infantile maka ia akan melakukan separasi,yakni pemisahan diri dari
keluarga.Keberhasilan dalam melakukan separasi inilah yang merupakan dasar bagi
pencapaian kemandirian terutama kemandirian yang bersifat independence.Dengan
kata lain kemandirian yang pertama muncul pada individu adalah kemandirian yang
bersifat independence,yakni lepasnya ikatan-ikatan emosional infantile individu
sehingga ia dapat menentukan sesuatu tanpa harus selalu ada dukungan emosional
dari orang tua.Oleh karena itu pada masa anak sekolah terutama menjelang
pubertas ada suatu pergerakan kemandirian yang dinamis dari ketidakmandirian
individu pada masa kanak-kanak menuju kemandirian yang bersifat autonomy pada
masa remaja dan dewasa.
B.
Kemandirian
Emosional (Emotional Autonomy)
Kemandirian
emosional dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengelola emosinya,
seperti pemudaran ikatan emosional anak dengan orang tua.Pemudaran
ikatan emosional anak dengan orang tua pada masa anak terjadi dengan sangat
cepat.Percepatan pemudaran hubungan itu seiring dengan semakin mandirinya
remaja dalam mengurus diri sendiri.Dalam analisi Berk (1994)konsekuensi dari
semakin mampunya anak mengurus dirinya sendiri maka waktu yang diluangkan orang
tua terhadap anak semakin berkurang dengan sangat tajam .Proses ini sedikit
memberikan peluang bagi anak untuk
mengembangakan kemandiriannya terutama kemandirian emosional.
Proses psiokologi lainnya yang mendorong anak mengembangkan kemandirian emosional adalah perubahan
pengungkapan kasih sayang,meningkatnya pendistribusian kewenangan dan
tanggungjawab,dan menurunnya interaksi verbal dan kesempatan perjumpaan bersama
antara anak dan orang tua,di satu pihak dan semakin larutnya anak dalam
pola-pola hubungan teman sebaya untuk menyelami hubungan dunia kehidupan yang
baru di luar keluarga di pihak lain.Kedua pihak ini lambat laun akan
mengendorkan simpul-simpul ikatan emosional infantile anak dengan orang tua
(Stenberg:1995:290).
Setelah masa anak berakhir maka datang masa remaja dengan
identitas kemandirian yang agak berbeda.Pada masa remaja pemudaran ikatan
infantile semakin kuat.Menjelang akhir masa remaja ketergantungan emosional
remaja terhadap orang tua menjadi semakin jauh berkurang menyusul semakin
memuncaknya kemandirian emosional mereka,meskipun ikatan emosional remaja
terhadap orang tua sesungguhnya tidak mungkin dapat diputuskan secara
sempurna(Rice,1996).Perlu dipahami pula bahwa munculnya kemandirian emosional
pada anak juga remaja bukan berarti pemberontakan mereka terhadap
keluarga,terutama orang tua atau pelepasan hubungan orang tua anak.Oleh karena
itu Steinberg(1995:190)dengan merujuk kepada penelitian Collins(1990),Hill and
Holmbeck(1986),dan Steinberg(1990)menegaskan
adolescents can become emotionally autonomous from their parent without
becoming detached from them.
Beberapa hasil studi terkini menunjukkan bahwa perkembangan
kemandirian emosional terjadi pada rentang waktu yang cukup lama.
Perkembangannya dimulai pada masa anak lalu diperkuat pada awal masa remaja (early in adolescence)dan dilanjutkan .
Secara lebih sempurna pada masa dewasa awal(young afulthood)
(Steinberg,1995:291.Menurut Silverberg dan Steinberg (Steinberg,1995: 291 ) . Ada
empat aspek kemandirian emosional ,yakni :
1) Sejauh
mana individu mampu melakukan de-idealized terhadap orang tua
2) Sejauh
mana individu mampu memandang irang tua sebagai orang dewasa umumnya(parents as
people)
3) Sejauh
mana individu tergantung kepada kemampuannya sendiri tanpa mengharapkan bantuan
emosional orang lin( non depen-dency)
4) Sejauh
mana individu mampu melakukan individualisasi di dalam hubungannya dengan orang
tua.
Aspek
pertama dari kemandirian emosional adalah de-idealized,yakni kemampuan
individu untuk tidak mengidealkan orang tuanya.Perilaku yang dapat dilihat
ialah individu memandang orang tua tidak selamanya tahu,benar,dan memiliki
kekuasaan,sehingga pada saat menentukan sesuatu maka mereka tidak lagi
bergantung kepada dukungan emosional orang tuanya.Menurut penelitian yang
dilakukan Smollar dan Younis tahun 1985(Steinberg,1995:292)tidak mudah bagi
individu untuk melakukan de-idealized.Bayangan masa kecil anak tentang
kehebatan orang tua tidak mudah untuk dilecehkan atau dikritik .Kesulitan untuk
melakukan de-idealized individu terbukti dari hasil riset yang dilakukan
Steinberg(1995:193)yang menemukan bahwa masih banyak remaja awal yang sudah
mandiri secara emosional.Mereka masih menganggap orang tua selamanya
tahu,benar,dan berkuasa atas dirinya.Mereka terkadang sulit sekedar untuk
menerima pandangan bahwa orang tua terjadang melakukan kesalahan.
Aspek kedua
kemandirian emosional adalah pandangan tentang parents as people,yakni kemampuan individu dalam memandang orang
tua sebagaimana orang lain pada umumnya.Perilaku yang dapat dilihat ialah
individu melihat orang tua sebagai individu selain sebagai orang tuanya dan
berinteraksi dengan orang tua tidak hanya dalam hubungan orang tua- anak tetapi
juga hubungan antar individu.Menurut Steiberg(1995:291)individu pada tingkat
SMA tampak mengalami kesulitan dalam memandang orang tua sebagaimana orang lain
pada umumnya.Apalagi anak usia SD tentu lebih sulit lagi.Dalam analisisnya
aspek kemandirian emosional ini sulit berkembang dengan baik pada masa-masa
anak,mungkin bisa sampai remaja atau dewasa muda.
Aspek ketiga dari
kemandirian emosional adalah nondependency,yakni
suatu derajat di mana individu tergantung kepada dirinya sendiri dari pada
kepada orang tuanya untuk suatu bantuan.Perilaku yang dapat dilihat ialah mampu
menunda keinginan untuk segera menumpahkan perasaan kepada orang lain,mampu
menunda keinginan untuk meminta dukungan emosional kepada orang tua atau orang
dewasa lain ketika menghadapi masalah.
Aspek keempat dari
kemandirian emosional pada individu adalah mereka memiliki derajat individuasi
dalam hubungan dengan orang tua(individuated). Individuasi berarti berperilaku lebih
bertanggungjawab.Perilaku individuasi yang dapat dilihat ialah mampu melihat
perbedaan antara pandangan orang tua dengan pandangannya sendiri tentang
dirinya,menunjukkan perilaku yang lebih bertanggungjawab .Contoh perilaku individu
yang memiliki derajat individuasi di antaranya mereka mengelola uang jajan
dengan cara menabung tanpa sepengetahuan orang tua.Collins dan Smatana ( Steinberg
, 1995 : 293 ) berkeyakinan bahwa perkembangan individuasi ke tingkat yang
lebih tinggi didorong oleh perkembangan kognisi social mereka .Kognisi social
yang bermaksud merujuk pada pemikiran tentang diri sendiri dan hubungannya
dengan orang lain.Misalnya,anak berpandangan “Teman saya berpendapat bahwa saya
adalah seorang gadis baik,maka saya harus menjadi gadis yang baik”.
C.
Kemandirian
Tingkah Laku (BEHAVIORAL AUTONOMY)
Kemandirian perilaku
(behavioral autonomy) merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan
mengambil keputusan. Ini terutama berkembang pada masa remaja. Hanya sedikit saja
kemandirian behavioral yang berkembang pada masa anak. Anak yang memiliki
kemandirian perilaku (behavioral autonomy) bebas dari pengaruh pihak lain dalam
menentukan pilihan dan keputusan. Tetapi bukan berarti mereka tidak perlu
pendapat orang lain. Bagi remaja yang memiliki kemandirian behavioral memadai,
pendapat/nasehat orang lain yang sesuai dijadikan sebagai dasar pengembangan
alternative pilihan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Melalui
pertimbangan diri sendiri dan sugesti oran lain ia mengambil suatu keputusan
yang mandiri bagaimana seharusnya berperilaku/bertindak (Hill dan Holmbeck
dalam Steinberg, 1992 : 296).
Kemandirian perilaku khususnya kemampuan mandiri secara fisik
sesungguhnya sudah berkembang sejak usia anak (Hanna Widjaja, 1986) dan
meningkat dengan sangat tajam pada usia remaja. Peningkatannya itu bahkan lebih
pesat dari pada peningkatan kemandirian emosional. Ini bisa terjadi karena
didukung oleh perkembangan kognitif mereka yang semakin berkualitas. Dengan perkembagan
kognitif seperti ini remaja semakin mampu memandang ke depan, memperhitungkan
risiko-risiko dan kemungkinan hasil-hasil dari alternative pilihan mereka, dan
mampu memandang bahwa nasehat seseorang bisa tercemar/ternoda oleh
kepentingan-kepentingan dirinya senriri (Steinberg, 1993).
Menurut Steinberg (1993 : 296) ada tiga domain kemandirian
perilaku (behavioral autonomy) yang berkembang pada masa anak dan remaja.
Pertama, mereka memiliki kemampuan mengambil keputusan yang ditandai oleh (a)
menyadari adanya resiko dari tingkah lakunya, (b) memilih alternative pemecahan
masalah didasarkan atas pertimbangan sendiri dan orang lain dan (c) bertanggung
jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambilnya. Kedua, mereka memilki
kekuatan terhadap pengaruh pihak lain yang ditandai oleh (a) tidak mudah
terpengaruh dalam situasi yang menuntut konformitas, (b) tidak mudah
terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam mengambil keputusan, dan
(c) memasuki kelompok sosial tanpa tekanan. Ketiga, mereka memiliki rasa
percaya diri (selfreliance) yang ditandai oleh (a) merasa mampu memenuhi
kebutuhan seharu-hari di rumah dan di sekolah, (b) merasa mampu memenuhi
tanggung jawab di rumah dan di sekolah, (c) merasa mampu mengatasi sendiri
masalahnya, dan (d) berani mengemukakan idea tau gagasan.
D.
Kemandirian
Nilai
Kemandirian
nilai (values autonomy) merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas
bagaimana proses berlangsung dan pencapainnya, terjadi melalui proses
internalisasi yang pada lazimnya tidak disadari, umumnya berkembang paling
akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna dibanding kedua tipe kemandirian
lainnya. Kemandirian nilai yang dimaksud adalah kemampuan individu menolak
tekanan untuk mengikuti tuntutan orang lain tentang keyakinan (belief) dalam
bidang nilai.
Menurut
Rest (Steinberg, 1992 : 307) kemandirian nilai berkembang terutama selama masa
remaja khususnya tahun-tahun remaja akhir. Perkembangannya didukung oleh
kemandirian emosional dan kemandirian perilaku yang memadai. Menurut Steinberg
(1993), dalam perkembangan kemandirian nilai, terdapat tiga perubahan yang
teramati. Pertama, keyakinan akan nilai-nilai semakin abstrak (abstract belief
). Perilaku yang dapat dilihat ialah individu mampu menimbang berbagai
kemungkinan dalam bidang nilai. Misalnya, individu mempertimbangkan berbagai
kemungkinan yang akan terjadi pada saat mengambil keputusan yang bernilai
moral. Kedua, keyakinan akan nilai-nilai semakin mengarah kepada yang bersifat
prinsip (principled belief). Perilaku yang dapat dilihat ialah (a) berpikir dan
(b) bertindak sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan dalam
bidang nilai. Ketiga, keyakinan akan nilai-nilai semakin terbentuk dalam diri
individu sendiri dan bukan hanya dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang
tuanya atau orang dewasa lainnya (independent belief). Perilaku yang dapat
dilihat ialah (a) individu mulai mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai
yang diterimanya dari orang lain, (b) berpikir sesuai dengan keyakinan dan
nilainya sendiri, dan (c) bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya
sendiri. Misalnya individu menggali kembali nilai-nilai yang selama ini
diyakini kebenaranny. Upaya individu ini hakekatnya merupakan proses evaluasi
akan nilai-nilai yang diterimanya dari orang lain.
Sebagian
besar perkembangan kemandirian nilai dapat ditelusuri pada karakteristik
perubahan kognitif. Dengan meningkatnya kemampuan rasional dan makin
berkembangnya kemampuan berpikir hipotetis individu, maka timbul minat-minat
individu pada bidang-bidang ideology dan filosofi dan cara mereka mlihat
persoalan-persoalan semakin mendetail. Oleh karena proses itu maka perkembangan
kemandirian nilai membawa perubahan-perubahan pada konsepsi-konsepsi individu
tentang moral, politik, ideology, dan persoalan-persoalan agama (Steinberg,
1993 : 303).
Secara
sekuensial perkembangan kemandirian nilai mempersyaratkan perkembangan
kemandirian emosional (emotional autonomy) dan kemandirian perilaku (behavioral
autonomy). Steinberg (1995 : 304) menyatakan the growth of value autonomy is
encouraged by the development of emotional and behavioral development as well.
Kemandirian emosional membekali individu dengan kemampuan untuk melihat
pandangan orang tua mereka secara lebih objektif sedangkan kemandirian perilaku
dapat menjadi bekal bagi remaja dalam upayanya mencari kejelasan dan
nilai-nilai yang telah ditanamakan kepadanya (Steinberg, 1995). Oleh karena itu
perkembangan kemandirian nilai berlangsung belakangan, umumnya pada masa remaja
akhir dan remaja muda. Remaja akhir merupakan kesempatan bagi remaja untuk
melakukan koreksi-koreksi, penegasan kembali, dan menilai ulang terhadap
keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang mereka warisi sejak masih berada dalam
ketergantungan masa kanak-kanaknya pada orang tua (Adelson, 1980;
Steinberg,1993, Berk, 1994).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bagi anak usia SD, Kemandirian
merupakan faktor psikologis yang fundamental, sebab sebagai jembatan untuk
lepas dari ikatan emosional orang lain, terutama orang tua. Bagi
mereka,kemandirian yang kuat akan menjadi dasar bagi kemandirian pada masa
remaja, dewasa dan seteerusnya. Bahkan pentingnya kemandirian di peroleh anak
terkait dengan pencapaian identitas diri kelak pada masa remaja. Oleh karena
itu anak usia SD mulai dengan begitu gigih dalam memperjuangkan kemandirian.
Tipe-tipe
kemandirian anak sd menurut Steinberg (1995:289) membagi
Kemandirian dalam tiga tipe, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy),dan kemandirian nilai (values autonomy).
B.
Saran
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai
pedoman untuk meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan kemandirian anak SD.
Diharapkan untuk dapat memperbanyak buku-buku yang akan menjadi acuan bagi kita
untuk memperbanyak ilmu–ilmu pengetahuan dengan membaca dan memperbanyak
pengetahuan .
DAFTAR
PUSTAKA
Budiamin,Amin.dkk.2006.Perkembangan Peserta Didik.Bandung:UPI
PRESS.
http://www.Perkembangan kemandirian
anak SD.com/reference/article/ acquisition-sentence-form. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2016.
ass wr wb mba. maaf jika saya mengganggu. maaf mb apakah boleh tulisan ini saya pergunakan sebagai referensi saya dalam menyususn proposal penelitian. terimakasih sebelumnya
BalasHapus